Kamis, 04 Juni 2009

W I N D part 3

3. Prox History

Tak terasa mereka sampai di perempatan. Bila belok ke kanan ada jembatan kecil dan jalan itu mengarah kerumah Yuya, sedangkan bila terus saja akan menuju rumah Ralf. Disini mereka berhenti untuk berpisah.
“Yuya...sebenarnya aku berat untuk mengatakan ini tapi aku harus mengatakan selamat tinggal”, kata Ralf dengan memasang tampang pura-pura sedih.
“kaya ga bakalan ketemu lagi aja”, tukas Yuya tanpa menghiraukan candaan Ralf sambil berjalan kearah kanan, meninggalkan Ralf. “sampai jumpa besok”.
“sampai jumpa besok...hehe...”, sahut Ralf sambil berlari lurus.
Yuya terus berjalan menelusuri jalan yang lumayan sepi, hanya beberapa orang saja yang terlihat berjalan menelusuri jalan dengan arah yang berlawanan. Mendadak matanya menangkap sosok yang dia kenal bersandar di sebuah tiang listrik di pertigaan jalan.
“Nick...”, pikir Yuya sambil menatapnya. Nick menatap kearah Yuya dan berdiri tegap.
“bisa ikut aku ?”, tanya Nick kepada Yuya dengan santai.
Yuya bingung dengan sikap Nick yang menurutnya tidak seperti biasanya. Yuya cuma menganggukkan kepalanya. Nick berjalan sedangkan Yuya mengikutinya dari belakang. Yuya masih heran, kenapa dia diminta oleh Nick untuk mengikutinya.
Mereka terus berjalan tanpa ada pembicaraan sedikitpun sampai akhirnya mereka tiba disuatu taman yang tak ada satupun orang disana saat itu. Nick berhenti berjalan. Melihat Nick berhenti, Yuya melakukan hal yang sama. Nick berbalik dan menatap Yuya.
“serang aku !”
Yuya kaget. Kenapa Nick mendadak berkata seperti itu ?. Inilah yang ada dipikiran Yuya saat itu.
“kenapa ?”, tanya Yuya.
Nick menunduk.
“tampaknya aku yang harus menyerangmu dulu ya ?”, kata Nick sambil melemparkan tasnya kesamping.
Nick menghilang dari tempatnya berdiri. Yuya tidak melihat gerakan Nick. Mendadak Nick muncul tepat dihadapan Yuya dan mengarahkan pukulannya kearah Yuya. Dengan refleks, Yuya dengan menggunakan tasnya menangkis pukulan Nick. Tasnya menutupi pandangannya. Saat dia menarik tasnya dari hadapannya untuk melihat Nick, Nick sudah tak ada lagi. Dengan cepat Nick muncul dari sebelah kiri Yuya, melompat sambil mengarahkan tendangannya kearah Yuya. Yuya terpental dan jatuh. Tasnya terlempar dari pegangannya. Nick berdiri tegap sambil tetap memandangi Yuya.
“kenapa kau menyerangku ?”, tanya Yuya sambil bangkit, memegangi wajahnya.
“aku hanya ingin tahu”, balas Nick sambil melakukan gerakan kilat dan dengan sekejap saja sudah berdiri dihadapan Yuya, melakukan upper cut tepat di dagu Yuya. Yuya terpental ke atas dan jatuh terjerembab ketanah. Yuya mengerang, namun dia tetap berusaha untuk bertahan dan bangkit.
“apa yang kau ingin tahu dariku ?”, tanya Yuya kembali.
Nick berhenti menyerang kali ini. Dia menatap Yuya dengan dalam.
“aku melihat pertarunganmu dengan Hanz tadi di halaman belakang sekolah”, balas Nick. Mendengar ini, Yuya terkejut. Tatapan Yuya berubah tajam.
“jadi yang aku rasa tadi ada yang mengawasiku adalah kau ?”
“ya”, sahut Nick perlahan. “aku melihat kau bisa menggunakan angin, perlihatkan kepadaku”.
“aku tidak mengerti apa maksudmu ?”, balas Yuya.
“kau tidak mengerti apa yang aku maksud ya ? kalau begitu akan kubuat kau mengerti”, sahut Nick. Mendadak dari kedua belah tangan Nick keluar gumpalan aliran listrik berwarna biru diiringi suara listrik mengalir yang menakutkan. Melihat ini, Yuya terdiam. Dia terkejut bukan main melihat aliran listrik bisa keluar dari tangan Nick.
“kau akan mati bila kau tidak menggunakan kekuatan anginmu untuk melawanku”, lanjut Nick. “bersiaplah”.
Nick berlari dengan cepat kearah Yuya sambil mengarahkan tangannya yang penuh dengan listrik kearah Yuya. Yuya berhasil menghindarinya dengan melompat kesamping dan menoleh kebelakang untuk melihat gerakan Nick namun lagi-lagi Nick melakukan geraakan kilat yang tak bisa dilihat Yuya. Nick muncul dihadapan Yuya cepat sekali. Yuya tak bisa mengelak lagi. Dia menggunakan tangan kirinya untuk menangkis serangan Nick. Aliran listrik menyengat tangan kiri Yuya. Yuya mengerang dan roboh. Nick melompat kebelakang.
“tangan kirimu akan sulit digerakkan karena semua saraf motorik tangan kirimu sudah terpengaruhi kejutan listrikku”, kata Nick dengan ekspresi dingin. Benar saja, tangan kiri Yuya tak bisa digerakkan. Sekilas terlihat aliran listrik berkelebat ditangan kirinya. Yuya merintih kesakitan.
“kalau kau tidak mau mati disini, gunakan kekuatan anginmu”, tukas Nick.
“aku tidak mengerti apa maksudmu....”, teriak Yuya. “aku tidak tahu apa yang kau maksud itu”.
Nick menghela napasnya. Namun dengan cepat dia menyerang lagi. Yuya bangkit untuk menghindar namun terlambat. Nick berhasil mengenai tangan kanan Yuya. Yuya merintih. Kedua tangannya tak bisa digerakkan.
“kedua tanganmu sudah tak bisa digerakkan, kau tidak bisa apa-apa lagi sekarang”, kata Nick dingin. “gunakan kekuatan anginmu”
Sambil merintih dan bangkit, Yuya membalas.
“sudah aku bilang aku tidak tahu bagaimana menggunakannya”
“kalau begitu...”, kata Nick sambil menggabungkan kedua tangannya. Saat Nick menarik kedua tangannya, aliran listrik besar mengalir diantara keduanya. Nick memukulkan tanagnnya ketanah. Aliran listrik menjalar menuju Yuya. Yuya yang sudah kesakitan tak bisa menghindar. Dia tersengat aliran listrik, sampai tubuhnya terangkat keatas. Nick menatap kearah Yuya yang meronta diatas dirinya, didalam lingkaran listrik yang menggerogoti dirinya. Nick menghentikan listriknya. Yuya terjatuh ketanah. Walaupun dalam kondisi agak sulit bergerak akibat serangan tadi Yuya tetap bersikeras untuk berdiri. Nick menatapnya dengan tajam.
“kau tahu tentang Prox kan ?”, Nick bertanya.
Yuya shock. Ternyata ada orang lain selain dirinya dan orang yang pernah dia tolong tahu tentang Prox. “kenapa kau tahu tentang Prox ?”, tanya Yuya dengan ekspresi sama dinginnya dengan Nick sekarang. Dia ingin tahu apa Prox itu sebenarnya.
“karena aku juga sama sepertimu, dipilih oleh Prox untuk memiliki kekuatannya”, sahutnya sambil mengambil ancang-ancang untuk menyerang lagi. “kalau kau ingin tahu lebih banyak tentang Prox, serang aku dengan kekuatan anginmu”, lanjutnya lagi.
“begitu ya ?”. Yuya bangkit dan berdiri menghadap Nick. “jika benar apa yang kau katakan itu bahwa aku memang bisa mengendalikan angin...”, kata Yuya percaya diri. “maka bersiaplah”.
Yuya menggunakan seluruh kekuatannya yang tersisa untuk dapat membuat kedua tangannya bisa bergerak kembali. Mendadak angin mengitari Yuya, berbarengan dengan teriakan Yuya yang bersikeras untuk bisa melawan kerasnya tangannya yang tak bisa digerakkan. Denga satu gerakan menghentak, kedua tanga Yuya berhasil dikendalikannya lagi. Sambil memegangi tangannya, Yuya menatap Nick.
“angin...jika benar aku bisa mengontrolmu, tunjukkan padaku...”, teriak Yuya. Mendadak angin disekitar mereka berdua berhembus kencang. Angin berkumpul di tangan Yuya yang diarahkannya kearah Nick dan bertepatan dengan teriakan Yuya, gelombang angin besar meluncur cepat keluar dari tangan Yuya dan menyerang Nick. Nick tercengang melihat gelombang energi angin yang besar sedang meluncur kearahnya. Dengan cepat dia melompat kesamping menghindarinya dan berhasil namun tepat saat dia masih melompat, Yuya telah melompat lebih dulu, menyongsongkan tangannya kearah Nick dan melancarkan serangan. Nick tak bisa mengelak lagi. Serangan Yuya tepat mengenainya dan membuatnya terpental dan jatuh menghantam tiang disisi taman. Tiang tadi menjadi bengkok dan bekas gelombang angin besar tadi berbekas di tanah. Nick bangkit dan meluruskan tiang tadi dengan tangannya yang masih mengalir listrik tegangan tinggi. Yuya berlari dengan cepat kearah Nick sambil melancarkan serangan. Nick melompat menghindar sambil membalas serangan Yuya dengan listriknya. Mereka silih berganti melakukan serangan sampai membuat taman itu berantakan, rusak disana sini, sampai mereka berdua sama-sama merasa kelelahan.
Nick melompat kebelakang menghindari serangan Yuya, begitu juga Yuya. Mereka berdiri sambil memandang satu sama lain.
“lumayan juga”, kata Nick dengan napas yang tidak teratur karena kelelahan.
“kau juga”, sahut Yuya dengan terengah-engah.
“tapi....”, lanjut Nick sambil menegapkan tubuhnya. “cukup sampai disini”. Yuya terkejut. Mendadak Nick menghilang dan muncul tepat hadapannya, menghantam perutnya. Yuya merintih dan badannya meluncur lurus kebelakang namun kakinya masih tetap berada di atas tanah. Nick mengeluarkan aliran listrik yang besar dari kedua tangannya dan menjatuhkan tangannya beberapa senti dari tanah. tanah yang ada dibawah tangan Nick retak dan mulai hancur. “bersiaplah...”, teriak Nick.
Nick berlari kearah Yuya yang masih merintih dengan tangan yang menjulur kebawah. Tanah yang dilalui tangannya hancur berbekas. Melihat ini Yuya bangkit dan melompat menghindar. Dari udara Yuya mendekatkan kedua tangannya ke dada membentuk huruf X dan melepaskannya. Angin berbentuk seperti kibasan beribu-ribu pisau keluar menyerang Nick. Nick menghentikan langkahnya. Dia sudah tak dapat menghindar lagi. Seketika itu juga terdengar bunyi ledakan hebat akibat hantaman pisau angin yang menyerang Nick. Debu mengepul dimana-mana. Nick masih berdiri ditempatnya tadi walaupun dia sudah terkena serangan beribu-ribu pisau angin. Dia melihat keatas namun Yuya tak terlihat dimanapun. Mendadak Yuya muncul melompat dari belakang sambil mengarahkan pukulan kearah Nick. Namun tepat saat pukulan Yuya hanpir mengenai Nick, aliran listrik kuat muncul menyelimuti seluruh tubuh Nick. Yuya tersengat aliran listrik ini dan tidak bisa bergerak lagi. Dia sepenuhnya sudah berada dalam aliran listrik Nick. Yuya mengerang keras. Nick kemudian melepaskan aliran listrik itu dari Yuya. Yuya jatuh terjerembab ketanah dan tak berdaya lagi. Dia sudah tak bisa melawan. Listrik yang ada di tangan Nick padam. Nick menatap Yuya.
“aku tak ada maksud untuk membunuhmu, aku cuma membantumu untuk membangkitkan kekuatan anginmu saja”, kata Nick.
“apa maksudmu ?”, yuya balik bertanya dengan kondisinya yang masih tidak bisa bergerak lagi.
“kita berdua sama-sama orang yang dipilih Prox, tak ada alasan bagi kita bertempur satu sama lain”, Nick menjelaskan. “kau pasti ingin tahu apa Prox itu ? dan kenapa dia memilih kita ? dan siapa aku sebenarnya ?, benar kan ?”, lanjut Nick.
Yuya menatap Nick tajam. Matanya sudah mulai sayu, hampir tak bisa melihat lagi. “jelaskan padaku semuanya”, sahut Yuya.
Nick tak menghiraukannya. Dia berjalan kearah tasnya, mengambilnya dan pergi meninggalkan Yuya tanpa menoleh sedikitpun.
“hey...jangan pergi...!”, teriak Yuya.
“istirahatlah dulu ! aku akan menjelaskan semuanya nanti”, sahut Nick sambil tetap berjalan. Yuya tetap bersikeras. Dia berusaha bangkit dengan semua tenaga yang tersisa.
“Hey...jangan pergi...jelaskan padaku semuanya...”, teriak Yuya lagi.
Nick tetap terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Diangkatnya tangan kanannya dan mengetikkan jarinya. Seketika itu juga listrik muncul dari bawah Yuya dan menyengatnya lagi. Yuya roboh dan pingsan tak sadarkan diri.
Sementara itu di tempat lain, ada lelaki berbadan besar, duduk di singgasananya dan menatap kepada dua orang yang sedang bersimpuh dihadapannya. Satu laki-laki berperawakan sedang menggunakan pakaian seperti pakaian perang jaman dulu dan yang satu lagi adalah wanita menggunakan pakaian dengan lengan sebelah kiri panjang menutupi seluruh lengannya dan yang kanan tak berlengan. Mereka bersimpuh tanpa mendongkakkan kepala mereka.
“akhirnya aku temukan”, kata lelaki berbadan besar tadi dengan suara besar dan berat. Kedua orang tadi tetap diam dalam posisinya masing-masing.
“telah aku temukan...aku bisa merasakannya...2 dari 3 Prox yang tersisa telah muncul...”.
Dua orang yang bersimpuh tadi terkejut. Namun mereka tetap diam tanpa bersuara sedikitpun. Dari sebuah lorong keluar laki-laki berpakaian seperti jubah yang agak rumit dengan pengait rantai di dadanya untuk menutup jubah.
“tuanku...semua persiapan telah selesai ! kita bisa memulainya”, kata laki-laki berjubah tadi.
“baiklah...”, sahut laki-laki berbadan besar sambil bangkit dari singgasananya. Dia berjalan menuju lorong sambil diikuti oleh kedua orang tadi dan juga laki-laki berjubah dari belakang. Keluar dari lorong terlihat sebuah kapsul besar berbentuk oval telur berdiri tegak dihadapan mereka dengan kabel-kabel besar yang tersambung. Banyak mesin disekeliling tabung itu. Di satu sisi sudut terlihat banyak Prox berjejer yang masing-masing berada dalam tabung kecil tertutup.
“silahkan tuan masuk kedalam tabung”, kata pria berjubah tadi. Pria besar itu berjalan memasuki tabung oval tadi dan membalikkan badannya kearah mereka.
“tuanku...mungkin proses ini memerlukan waktu yang lama, mungkin memerlukan waktu hampir satu tahun untuk menyelesaikan semuanya, tuanku...”, lanjut laki-laki berjubah tadi.
“lakukan...satu tahun tak ada artinya bagi sebuah kejayaan”, kata pria berbadan besar sambil tertawa.
“baik tuanku...”, balas laki-laki berjubah. Dia berjalan menuju sebuah mesin yang agak besar. Dia menekan sebuah tombol dan pintu tabung tertutup. Laki-laki tadi menekan tombol yang lain dan berpuluh-puluh kabel berujungkan jaru akeluar dan menusuk pria besar tadi. Satu kabel yang ujungnya berbeda keluar dan menutup hidung serta mulut pria besar. Laki-laki berjubah tadi menarik sebuah tuas disampingnya dan cairan berwarna ungu keluar dari bawah tabung, memenuhi seluruh tabung. Semua mesin menyala, tabung-tabung Prox menyala dan mengeluarkan cahaya masing-masing. Pria tadi pingsan dan melayang didalam cairan ungu. Namun beberapa saat kemudian matanya terbuka. Dari masker yang ada di mulutnya dia dapat berbicara dari sana.
“aku dapat merasakan kekuatannya”, teriaknya. “hahaha...”, dia tertawa” namun dia tetap tak bisa bergerak dalam tabung itu. “Raidou...”, kata pria besar dari dalam tabung namun suaranya terdengar dari luar karena alat yang ada di maskernya.
“ya tuanku...”, sahut laki-laki yang berpakaian seperti baju perang jaman dahulu itu.
“suruh salah satu anak buahmu untuk mendapatkan 2 Prox itu, bunuh pemiliknya”.
“baik tuanku”
“kalian berdua pergilah”, lanjut pria besar tadi.
“baik...tuan...”, balas kedua orang tadi. Merekapun berjalan meninggalkan ruangan itu. Wanita tadi bertanya kepada Raidou.
“siapa yang akan kau perintahkan untuk melakukan apa yang diperintahkan Lord Pixmaqual ?”
“aku akan memerintahkan dia...”, jawab Raidou sambil tersenyum dan terus berjalan keluar dari lorong. Wanita tadi cuma tersenyum tertunduk tanda mengerti apa yang dikatakan Raidou.
***
Sinar matahari mulai muncul menyinari wajah Yuya. Bunyi kicauan burung membuatnya terbangun. Matanya terbuka sayu. Dia mengusap matanya dengan tangannya, namun mendadak matanya perih terkena debu pasir yang tertempel di tangannya.
“aduh...”
Yuya akhirnya baru sadar bahwa dia tidur di taman. Dia berdiri dan mengambil tasnya yang tergelatak tak jauh darinya. Dia berjalan sempoyongan menuju rumahnya.
“kenapa pagi ini cerah sekali ya ? padahal baru jam segini”, katanya dengan mata yang masih sayu dan berjalan sempoyongan. Sampai dihalaman apartemen kecil rumahnya, dinaikinya tangga. Sampai didepan pintu, diambilnya kunci rumah dari dalam sakunya dan membuka pintu. Dia menoleh sedikit kekanan kearah jam dinding yang tergantung diatas pintu kamarnya.
“jam 7.49 ? gawat...”, teriaknya.
Dia berlari masuk kedalam rumah menuju kamarnya, mengambil seragamnya yang masih berada dalam tumpukan baju yang belum disetrika. Tanpa menunggu lagi, dilemparnya baju dan celana sekolahnya yang dia pakai tadi dan memakai yang baru dicuci meskipun belum disetrika. Setelah memakai pakaian seragam dia langsung berlari kedapur, membuka kulkas mengambil roti dan susu kotak kecil dan bergegas berlari kearah pintu depan, mengambil tasnya yang tadi ditinggalnya dipintu depan dan tancap gas menuju sekolah.
Sambil berlari dimakannya roti ditangannya dan meminum susu kotak. Selama perjalanan menuju sekolah, banyak yang memperhatikannya. Hal seperti ini terlihat aneh bagi orang-orang.
Sesampai di depan sekolah, pintu gerbang sudah tertutup. Yuya berpikir bagaimana untuk bisa masuk ke sekolah. Mendadak dia teringat kejadian malam tadi.
“aku kan bisa mengendalikan angin”, gumamnya.
Dia mundur jauh, mengambil ancang-ancang dan berlari kearah pintu gerbang sekolah yang tingginya sekitar dua kali lipat tinggi Yuya. Dia berlari cepat sekali dan sekitar jarak yang cukup untuuk melompat, Yuya melompat. Lompatannya lebih tinggi sedikit dari pintu gerbang sekolah dan mampu melewatinya.
“berhasil...”, teriaknya dengan nada gembira. Namun lompatannya masih kurang tinggi. Tali sepatunya tersangkut di ujung jeruji atas pintu gerbang sekolah, dan Yuya jatuh ketanah. Untung saat itu tak ada satupun orang yang ada disana.
“kelihatannya harus berlatih mengendalikannya nih...”, katanya sambil menahan sakit akibat terjatuh. Dia berlari menuju gedung sekolah agar tak begitu terlambat. Sesampai dilantai dua, dia mulai berjalan perlahan, mengendap-endap. Diintipnya kelasnya dari pojok jendela dari koridor, untuk melihat apakah sudah ada guru yang mengajar. Tak ada guru yang mengajar. Cuma ada teman-temannya yang sudah duduk dengan rapi dikursinya masing-masing. Dia mengendap-endap menuju pintu kelas dan membukanya sedikit. Dia melihat seorang wanita sedang berlutut memegangi kertas. Wanita tadi menatap kearah Yuya. Mereka saling bertatapan.
“Yuya”
“bu guru Moi”
Benar-benar sial. Yuya tepat berhadapan dengan bu guru Moi yang tadi mengambil kertas yang terjatuh didepan pintu kelas.
“Yuya, masuk !”, kata bu guru berwibawa.
Yuya membuka pintu dan masuk. Semua murid memperhatikannya. Ralf yang duduk paling belakang memperhatikannya.
“kenapa Yuya bisa terlambat ya ? biasanya dia tidak pernah terlambat”, kata Ralf dengan nada heran.
Bu guru Moi melihat kearah Yuya. Pakaian seragam kumal, rambut berantakan, wajah kotor dengan debu, terlihat memar dan lecet di beberapa bagian wajahnya. “kenapa kau terlambat ?”
Yuya melirik kearah Ralf. Ralf memberikan gerakan isyarat yang Yuya tidak mengerti. Matanya menangkap Nick dengan wajah yang memakai plester luka dipipinya. Nick menatapnya dengan pandangan seperti biasa.
“hey...Yuya..jawab ibu”, bentak bu guru Moi.
“eh...”, Yuya kaget dan memalingkan wajahnya kearah bu guru Moi. “mmm...anu...itu...”, Yuya berpikir. Dia mendapatkan ide untuk berbohong. “oh...tadi sewaktu saya berjalan kesekolah, saya melihat ibu-ibu yang dikelilingi beberapa pria jahat yang ingin mengambil barang-barang ibu itu, jadi saya mendekat dan bilang “hey...hentikan”, begitu bu”, jelas Yuya dengan nada semangat.
Bu guru Moi mengerutkan dahinya. “trus ?”, tanya ibu lagi.
“trus eh...saya dihajarnya, saya digebukin sampai jadi begini bu”, lanjutnya lagi. “tapi saya bisa bangkit dan mengeluarkan jurus andalan saya...ciat...ciat...semuanya roboh dan ibu itu bilang terima kasih dan ingin memberikan imbalan pada saya tapi saya tolak trus ibu itu pergi deh, nah...gitu ceritanya bu...”, jelas Yuya yang masih meragukan ceritanya apakah masuk akal atau tidak.
Kelas hening ketika selesai mendengar cerita Yuya. Tak ada satupun yang berbicara. Ralf bengong dan menggelengkan kepalanya.
“Yuya...kau memang tak pandai dalam urusan berbohong”, gumamnya sendiri.
Mendadak semua siswi dikelas itu bersuara kagum termasuk bu guru Moi. Siswa laki-laki juga menganggukkan kepalanya tanda setuju, cuma Ralf dan Nick saja yang tidak ikutan.
“kau memang murid ibu yang baik, ibu bangga padamu”, sahut bu guru Moi pada Yuya. “lagipula sekalipun kau begini, kau masih terlihat manis”, lanjut bu guru Moi centil sambil mengedipkan matanya. Yuya melongo melihat sikap ibunya itu. Badannya seperti berada dalam balok es, kaku.
Mendengar ini, Ralf bengong melongo, mulutnya terbuka saking shocknya melihat kata-kata Yuya dipercaya semuanya. “mujur bener dia”, sahutnya.
“kau cepat pergi sana ke ruang kesehatan, obati lukamu itu”, kata bu guru Moi kepada Yuya.
Mendadak ada seorang siswi yang berdiri dari kursinya. “bu guru, biar saya yang membantu Yuya merawat lukanya di ruang kesehatan”, katanya.
Lalu siswi yang lain berdiri juga. “saya juga bu”.
Semua siswi menawarkan diri untuk membantu Yuya merawat luka-lukanya yang sebetulnya cuma lecet-lecet sedikit. Mereka saling berebut untuk mendapatkan persetujuan dari bu guru Moi. Melihat ini Yuya cuma bengong, sedangkan Ralf shock berat dibelakang. Menangisi dirinya yang tak pernah seperti itu. Bu guru Moi tak tahan lagi melihat sikap murid-muridnya.
“sudah...kalian semua duduk saja disini”, teriak ibu Moi. “lagipula disana juga ada petugas yang kena giliran hari ini, tak perlu ikut-ikutan kesana”, lanjut ibu Moi. Semua duduk kembali, kecewa dengan keputusan ibu Moi. Yuya melongo dan cepat-cepat keluar dari kelas menuju ruang kesehatan.
Yuya berjalan menuju ruang kesehatan sambil memikirkan kejadian malam tadi. “apa hubungan antara aku, Nick dan Prox ?”, inilah yang ada dibenaknya. Tanpa permisi ataupun ketuk pintu, dia langsung nyelonong masuk keruang kesehatan. Dia berjalan sambil melamun, memikirkan apa yang menjadi kebingungannya. Mendadak terdengar suara lembut.
“ada yang bisa saya bantu ?”
Yuya tersadar dari lamunannya. Dia menatap kearah suara tadi. Dia melihat seorang gadis berpakaian seragam kelas satu, tidak terlalu tinggi, cuma sebahu Yuya, kulit seputih salju namun merona, matanya bening, baby face, dan rambut sepunggung dengan poni kedepan dan sedikit juntaian di depan kedua belah telinganya sedang tersenyum ramah kepadanya. Yuya terdiam. Dia terpesona melihat gadis imut berdiri dihadapannya. Sekilas dia melihat seorang malaikat sedang berdiri dihadapannya. Gadis tadi melihat baju Yuya.
“kakak...bisa saya bantu ?”, katanya lagi.
Yuya kaget dan terbangun dari khayalannya.
“eh...i..iyy...iya...”, sahut Yuya dengan terbata-bata. “bisa tolong ambilkan plester luka ?”, pintanya.
“baik...kakak silahkan duduk dulu”, sahut gadis tadi sambil berjalan kearah kotak P3K. Dia mengambil plester luka dan obat antiseptik dari dalam kotak. Gadis tadi lalu berjalan menghampiri Yuya. Yuya jadi salah tingkah.
“kenapa wajah kakak memar begitu ?”, tanya si gadis sambil meletakkan plester dan obat di atas meja. Dia mengambil kapas dan mengusapkannya ke botol obat antiseptik, lalu mendekat kearah Yuya. Yuya salah tingkah.
“gawat nih...dia mendekat ! aku kan belum mandi karena buru-buru”, pikir Yuya. Yuya langsung melompat dari kursinya, menghindar dari si gadis. Gadis tadi terkejut melihat tingkah kakak kelasnya, bingung bercampur heran.
“ee...ada..pengharum ruangan ?”, tanya Yuya malu-malu.
“ada...itu di samping pas bunga diatas meja sana”, balas si gadis heran berat.
Sambil cengengesan Yuya berjalan kearah meja dan mengambil pengharum ruangan, menyemprotkannya keseluruh ruangan sampai tercium bau harum buah lemon karena pengharum ruangan tadi beraroma lemon. Si gadis tambah bingung dengan kelakuan Yuya.
“hehe...biar segar...”, kata Yuya sambil cengengesan, memasang wajah dengan senyum yang dibuat-buat. Si gadis tambah heran. “ah...ambilkan saja plester lukanya”, lanjut Yuya.
Si gadis berbalik untuk mengambil plester luka. Disaat gadis itu berbalik, Yuya menyemprotkan pengharum ruangan tadi keseluruh tubuhnya sampai bau lemon menyengat sekali tercium. Ketika gadis tadi berbalik, Yuya buru-buru menyembunyikan pengharum ruangan itu di belakangnya. Si gadis makin merasa aneh dengan sikap Yuya. Yuya mengembalikan pengharum ruangan itu ketempatnya semula dan kembali duduk diatas tempat tidur. Gadis tadi menghampiri Yuya, ingin mengusap obat antiseptik ke wajah Yuya yang memar. Yuya gelabakan, gadis tadi makin heran dengan sika Yuya.
“emmm...aku bisa sendiri kok...”, kata Yuya sambil mengangkat tangannya, melindungi wajahnya. Yuya mengambil kapas dan plester luka dari tangan si gadis dan menggunakannya sendiri. Karena grogi, kerjaan Yuya jadi tidak senonoh. Dia memasang plester lukanya tidak rapi sama sekali, membuat mukanya jadi tampak aneh. Si gadis tertawa kecil melihat apa yang dilakukan Yuya.
“sini..biar saya saja”, kata gadis tadi sambil mengambil kapas dan plester luka yang baru. Si gadis mendekati Yuya. dan mengusapkan obat antiseptik diluka Yuya. Yuya mengaduh.
“pelan-pelan”, kata Yuya.
“iya...”, sahut gadis tadi. Si gadis mencium aroma lemon dari baju Yuya. “ini kan bau pengharum ruangan”, pikir si gadis. Gadis tadi mengerti kenapa tadi sikap kakak kelasnya itu agak aneh dan dia tertawa dalam hati.
Gadis itu melakukannya dengan lembut, jantung Yuya menjadi dag dig dug dibuatnya. Setelah menggunakan antiseptik, gadis itu membuka beberapa plester luka dan menempelkannya ke wajah Yuya.
“nah...sudah beres...”, kata si gadis.
Gadis tadi membereskan kotak obat dan menaruhnya lagi ketempat semula. Yuya cuma terpaku. Jantungnya hampir copot saking deg-degannya karena baru pertama kali ini ada cewek yang wajahnya sedekat itu dengan wajah Yuya. Karena tak tahan menahan dag-dig-dug jantungnya, Yuya kabur, berlari keluar tanpa mengucapkan terima kasih. Gadis itu menoleh kearah dimana Yuya duduk tadi namun Yuya sudah tidak ada disana lagi. Tanda tanya besar sekarang ada di dalam kepala gadis itu. “kemana kakak tadi ?”, gumam gadis tadi.
Sementara itu Yuya yang baru saja kabur dari ruang kesehatan masih terlihat ngos-ngosan. “se’andainya aku masih berada disana mungkin jantungku sudah ga berada pada tempatnya lagi nih”, gumamnya sendiri sambil berjalan menyusuri koridor. Sesampai didepan kelasnya, dia membuka pintu dan diizinkan bu guru masuk. Dia duduk di kursinya sambil menghela napas. Hidung Ralf mencium aroma dari Yuya. Ralf menoleh kearah Yuya dan mendekatkan hidungnya ke baju Yuya.
“hey...kayaknya aku kenal bau farfum punyamu...ini kan bau lemon pengharum ruangan yang merk..”, kata Ralf namun belum selesai bicara mulutnya disekap oleh Yuya.
“sstt”, sambil mengangkat telunjuknya ke bibirnya. Ralf mengerti apa maksud Yuya. Yuya melepaskan sekapannya dari mulut Ralf dan Ralf kembali duduk tegap sambil tetap melirik kearah Yuya. Dia kemudian mendekatkan wajahnya kearah Yuya.
“hey...kau pake pengharum ruangan sebagai farfum ya ?”, bisik Ralf.
“ceritanya panjang”, balas Yuya dengan tatapan sinis.
Tiba-tiba sebuah batang kapur melayang dan tepat menghantam wajah Yuya. “aduh...”, rintih Yuya pelan. Melihat ini, Ralf tertawa, namun mendadak sebuah penghapus papan tulis menghantam wajah Ralf. Wajah Ralf jadi putih karena debu kapur. Semua yang ada dikelas jadi tertawa melihatnya.
“apa kalian berdua tidak mendengarkan penjelasan ibu ?” kata ibu guru Moi dari depan kelas.
“maaf bu...”, sahut mereka berdua.
“jangan ulangi lagi”, lanjut bu guru Moi.
“iya bu...”, sahut mereka berbarengan. Pelajaranpun dimulai kembali seperti biasa.
Terdengar bel tanda istirahat berbunyi. Bu guru Moi kembali ke mejanya, mengambil buku-bukunya. “hari ini sampai disini, ingat kerjakan tugas kalian”, kata bu guru Moi sambil berjalan meninggalkan ruangan kelas. Cewek-cewek di kelas itu menghampiri Nick yang duduk sambil membaca buku saku.
“Nick, wajahmu kenapa ? luka ya ?”, tanya cewek 1.
“kamu habis jatuh ya ?”, tanya cewek 2.
“lukanya parah ga ?”, tanya cewek 3.
“kamu berkelahi ya ?”, tanya cewek 4.
“sakit ga ?”, tanya cewek 5.
Nick menatap dingin cewek-cewek teman sekelasnya itu. “cuma terjadi sedikit accident”, sahut Nick. Yuya memandang sinis Nick, apalagi Ralf, tatapannya menimbulkan aura kebencian. Tapi cewek-cewek tadi tertawa kecil sambil bergerumun tak karuan.
“dasar..dingin amat jadi orang”, omel Ralf sendiri. Yuya tak mendengarkannya. Saat ini yang ada dikepala Yuya hanyalah apa yang ingin dia tahu dan semua jawabannya ada pada Nick.
Yuya meletakkan kepalanya diatas mejanya, wajahnya pucat. Ralf terkejut melihat temannya seperti itu. “hey Yuya, kenapa kau ?”.
“aku belum makan...aku lapar”, sahut Yuya sambil memasang tampang merana. Cewek yang duduk satu baris dengan Yuya, satu meja jaraknya didepan meja Yuya, mendengar percakapan Yuya dengan Ralf. Dia bangun dari kursinya dan menghampiri Yuya sambil membawa bungkusan berbentuk kotak. Ralf memandanginya heran.
“Yuya...”, kata cewek itu.
Yuya mendongkakkan kepalanya, melihat cewek itu. Dia langsung mengangkat kepalanya dan melihat ke arah cewek itu. “ya ??”
“kamu lapar kan ? kebetulan aku buat bekal berlebih tadi dirumah”, lanjut cewek itu sambil memberikan bungkusan yang ada ditangannya. Semua yang ada disekitar tempat duduk Yuya memperhatikannya. Nick melirik kearah Yuya, begitu juga dengan 5 cewek yang mengerumuni Nick. Yuya menerima bungkusan itu, meletakkannya di atas mejanya dan membukanya. Seafood dengan udang ada dihadapannya. Ralf langsung meler melihatnya. Mata Yuya langsung berbinar-binar melihat makanan enak ada dihadapannya.
“ayo dicoba, cicipi”, kata cewek tadi.
Yuya mengambil sendok dan garpu yang ada disamping kotak bekal. Dilahapnya tanpa ampun karena dia memang sudah kelaparan dari tadi pagi. Ralf meler melihat Yuya makan.
“gimana ?”, tanya cewek itu.
“enak...enak banget”, sahut Yuya sambil terus melahap makanan.
“benarkah ??”, sahut gadis tadi girang. “habiskan saja makanannya”.
“terima kasih Tania”, sahut Yuya.
“hey Yuya bagi-bagi donk...”, kata Ralf memotong soalnya dari tadi dia cuma bisa menelan ludahnya saja.
“enak aja...”, balas Yuya.
“masa dengan temen sendiri kau tega sih...”, sahut Ralf dengan tampang memelas.
Disaat mereka berebut, ada cewek lain datang. Dia juga membawa bekal. Dia salah satu dari 5 cewek yang tadi mengerumuni Nick.
“Yuya..bisa cicipi punyaku ?”, sambil membuka kotak bekal dan menyodorkannya kearah Yuya. Isinya sossis yang unik dan fried rice dengan aroma yang menggiurkan.
“tentu saja”, balas Yuya. Dia mengambil sossis dan menyendok sedikit fried rice. “hmm...enak...”.
“benar ??? itu masakanku sendiri lho,,,”, jawab cewek tadi yang bernama Lusy dengan mata berbinar-binar.
“enak mana dengan punyaku ?”, Tania memotong.
“pasti punyaku yang lebih enak”, Lusy membalas.
Yuya terdiam. Dia berkeringat melihat kedua cewek itu menatapnya dengan penasaran. Belum sempat Yuya berbicara, datang beberapa cewek yang membawa bekal mereka masing-masing.
“cicipi juga punya kami, bekal siapa yang paling enak”, kata salah satu dari cewek-cewek yang datang. Sekarang di atas meja Yuya banyak sekali bekal makanan yang kelihatannya enak-enak. Air liur Ralf sudah menetes dari tadi dibuatnya. Terpaksa Yuya mencicipi satu persatu bekal yang ada dihadapannya. Kelihatannya perutnya hari ini bakalan terisi penuh atau mungkin akan kelebihan muatan.
Nick tersenyum kecil melihat kejadian ini. Dia bangun dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan kelas. Yuya melihat Nick pergi. Dia langsung bangun dan berjalan mengikuti Nick.
“hey...Yuya kau mau kemana ?”, kata Tania.
“maaf...tadi aku ada kelupaan..ada sesuatu yang harus aku lakukan”, sahut Yuya.
“trus makanannya bagaimana ?”, lanjut Lusy.
“Ralf...kau habiskan saja makannya”, teriak Yuya kepada Ralf.
“beres boss...nah...yang begini nih gue demen..lo emang temen yang paling yahud dah...”, balas Ralf dengan mata berbinar-binar dan senyum lebar.
“oh iya satu lagi”, lanjut Yuya berkata kepada cewek-cewek tadi. “masakan kalian semua enak, saking enaknya aku jadi tak bisa memutuskan masakan siapa yang paling enak, tapi yang jelas terima kasih atas makannya”.
Yuya berjalan meninggalkan kelas. Cewek-cewek tadi wajahnya merah semua karena masakan mereka dipuji oleh Yuya, mereka semua tidak memperhatikan Ralf yang sedang melahap makanan mereka semua.
Sementara itu Yuya terus membuntuti Nick. Ternyata Nick berjalan kearah atap sekolah. “ngapain dia ke atas atap sekolah ?”, pikir Yuya. Nick menaiki tangga dan membuka pintu yang terletak diujung tangga lalu berjalan terus. Yuya mengikutinya. Dia membuka pintu dan melihat Nick berdiri di belakang pagar pembatas. Yuya berjalan mendekat.
“aku tahu kau akan mengikutiku, Yuya”, kata Nick tanpa berbalik menatap Yuya.
“katakan padaku semuanya”
Nick membalikkan badannya menatap Yuya.
“baiklah”, sahut Nick sambil menghela napasnya. ”Prox adalah sebuah benda mistik berbentuk seperti telur yang memiliki kekuatan magis didalamnya”. “ada banyak Prox didunia ini dan masing-masing memiliki kekuatan magis yang berbeda dengan Prox lainnya”.
“Prox milikku adalah angin dan punyamu listrik”, sambung Yuya.
“lebih tepatnya elemen petir”, balas Nick menjelaskan.
“iya-iya...salah dikit”, Yuya membela diri. “trus apa alasanmu yang sebenarnya, kenapa tadi malam kau menyerangku ?”.
“seperti yang aku bilang kemarin, aku hanya ingin membantumu membangkitkan kekuatan Prox milikmu”, sahut Nick menghela napas.
“kau pasti punya alasan lain disamping alasan itu kan ?”
Nick menatap Yuya dengan tajam. Tampang Yuya menunjukkan keingintahuan yang sangat besar.
“yah...sebenarnya memang ada alasan lain”, sahut Nick. “aku ingin mengumpulkan semua Prox yang hilang”.
“apa maksudmu ?”
“seperti yang aku bilang tadi, jumlah Prox di dunia ini banyak, dan sekarang aku bertugas untuk mengumpulkannya”.
“bertugas ?”
“aku adalah Orlass, sejak berabad-abad yang lalu keluarga Orlanss adalah penjaga dari Prox yang sekarang ada dalam tubuhku ini, tiap-tiap generasi bertugas untuk menjaga Prox petir dengan nyawa, dan sekarang adalah giliranku”.
“tugasmu adalah menjaga tapi kenapa kau bilang tadi mencari Prox yang lain ?”, tukas Yuya.
“sejak dulu tugas Orlanss adalah menjaga Prox petir, namun untuk aku sekarang berbeda ?”
“apa maksudmu ?”
“selama ini tak pernah ada satupun dari generasi Orlanss yang mendapatkan kekuatan dari Prox petir, namun aku mendapatkannya, dan ini adalah suatu pertanda bahwa akan terjadi sesuatu yang besar ketika aku yang menjaga Prox ini”.
“sesuatu yang besar ? apa itu ?”
“aku tidak tahu dengan pasti, namun suatu saat nanti akan terjadi sesuatu yang besar”.
“kenapa kau berspekulasi seperti itu ?”
“sejak dulu Prox disegel untuk tidak terbuka lagi, namun sekarang segel itu telah terbuka kembali, karena itulah pasti ada sebabnya Prox itu terbuka”, Nick menjelaskan dengan teliti. Namun Yuya cuma bengong.
“aku tak mengerti sama sekali apa yang kau katakan itu”, sahut Yuya binging sendiri.
Nick menghela napasnya. Dia beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju tangga turun. “jika kau mau penjelasan lebih rinci dan ingin tahu mengenai sejarah Prox, ikut denganku sepulang sekolah nanti”, kata Nick sambil berjalan meninggalkan Yuya. Yuya cuma menatapinya sambil memikirkan semua yang tadi dia dengar.
“segel Prox terbuka ? apa maksudnya ?”, pikir Yuya dengan sebuah tanda tanya besar yang sekarang ada di kepalanya.

***
Jam menunjukkan pukul 3 tepat, semua siswa merapikan buku-buku mereka untuk bersiap pulang. Yuya merapikan bukunya sambil melamun memikirkan tentang pembicaraannya dengan Nick tadi siang. Dia bahkan tak menatap buku yang dia masukkan kedalam tas miliknya. Dia baru tersadar ketika Nick beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar kelas. Melihat Nick pergi, Yuya bergegas memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Ralf heran dengan sikap Yuya hari ini.
“hey...hari ini kau kenapa ? ada masalah ?”, tanya Ralf.
“eh..., apa ?”, Yuya tak mendengar apa yang Ralf katakan.
“aku bilang hari ini kau kenapa ?”, balas Ralf jengkel.
“ga ada apa-apa koq”
“ga ada apa-apa dengkulmu, hari ini kau itu aneh...”, Ralf agak jengkel.
“aneh apanya ?”, Yuya balik bertanya.
“sejak istirahat tadi kau aneh, waktu belajar pun kau cuma melamun, ga ada konsentrasi padahal biasanya kau ga pernah seperti ini”, tukas Ralf.
“masa sih ?”
“emang bener”
Yuya bangkit dari kursinya dan bergegas berjalan keluar kelas meninggalkan Ralf. Sambil berjalan dia memalingkan wajahnya kearah Ralf
“aku duluan, ada sesuatu yang harus aku kerjakan”
Yuya keluar dari pintu kelas, tak terlihat lagi oleh Ralf dari tempat duduknya. “tuh...kan, hari ini dia emang aneh”.
Yuya berjalan menelusuri koridor dengan langkah cepat. Dia menyalip banyak anak lain yang juga berjalan keluar. Yuya berusaha untuk menemukan Nick yang tadi keluar lebih dulu, namun sampai di mulut koridor dia tak menemukan Nick. “apa dia sudah pulang ya ? masa secepat itu ?”, pikirnya.
Ralf menghampiri Yuya sambil berlari. Sambil ngos-ngosan dia berbicara kepada Yuya.
“lo hari ini kenapa sih ? kalo ada masalah cerita aja”, kata Ralf sambil terengah-engah.
“tidak ada yang harus aku ceritakan, toh ga ada juga masalahnya”, balas Yuya.
Terdengar bunyi mesin mobil datang mendekat, mobil sport berwarna biru dengan body mengkilat berhenti beberapa meter didepan Yuya dan Ralf. Kaca mobil terbuka dan terlihat Nick yang mengendarai mobil itu. Semua yang ada disana tercengang, mereka semua melihat kearah mobil Nick yang mentereng.
“Yuya, ikut aku”, kata Nick sambil membukakan pintu depan mobilnya. Yuya dan Ralf hanya tercengang, apalagi Ralf. Ralf menjadi tambah curiga dengan Yuya. Yuya berjalan sambil memegang tasnya menuju mobil dan masuk. Semua yang ada disana terheran-heran melihat Yuya masuk kedalam mobil Nick, termasuk Ralf.
“wah...ada apa ya Yuya dengan Nick ? padahal dikelas kan mereka ga akrab sama sekali”, kata salah satu siswi kepada teman-temannya.
“iya ya, ada apa ya ?”
Mobil Nick berjalan keluar pintu gerbang dan hilang dari pandangan mereka semua. Ralf yang dari tadi melongo sekarang berpikir keras. “kenapa Yuya ikut kedalam mobil Nick ? pasti ada sesuatu diantara mereka”, pikir Ralf.
Yuya duduk diam membisu didalam mobil tak tahu harus berkata apa. Dia mencoba untuk bertanya. “mau kemana kita ?”.
“kerumahku, disana kau akan mengetahui lebih jelas tentang apa yang ingin kau ketahui”, jawab Nick.
Mobil terus berjalan menyusuri jalan raya, sampai mereka tiba disebuah persimpangan menuju sebuah tempat yang Yuya tidak pernah melewatinya. Dari dalam mobil, jauh disana Yuya melihat sebuah pintu gerbang yang besar tepat dihadapanya. Ternyata disanalah rumah Nick. Saat mereka sudah dekat dengan pintu gerbang, Nick tetap tidak menurunkan kecepatannya. Yuya jadi gugup menyadari dirinya bakalan mati konyol gara-gara Nick tidak menurunkan kecepatan. “Hey Nick, kau mau bunuh diri ya ?”.
Nick tak menghiraukannya. Muka Yuya tambah pucat, dia bakalan mati pikirnya. Mendadak pintu gerbang terbuka dengan sendirinya. Mobil Nick melesat memasuki gerbang. Yuya yang tadi sudah ngos-ngosan akhirnya mulai tenang sedikit demi sedikit. Mereka berhenti tepat dihalaman depan pintu rumah. Bisa dibilang rumah itu adalah istana karena sangat besar dan megah. Nick menengok kearah Yuya sambil tersenyum sedikit, sedangkan Yuya tampangnya sudah pucat pasi gara-gara tadi. Nick membuka pintu mobil dan keluar diiringi Yuya disampingnya. Sambil menutup pintu mobil Yuya cuma bisa melongo melihat rumah Nick yang luar biasa besarnya dari luar.
“ini rumahmu ?”, tanya Yuya sambil menelan ludah.
“ kalau bukan ngapain kita kesini ?”, sahut Nick sambil berjalan menuju pintu. Didepan pintu sudah ada pelayan yang menunggu dan membukakan pintu untuk Nick, Yuya cemberut dan dia bergegas mengikuti Nick dari belakang.
Begitu masuk didalam, Yuya melihat bagaimana kondisi didalam rumah Nick. Sungguh luar biasa. Beberapa lukisan besar menempel di dinding, beberapa pelayan wanita sedang membersihkan perabotan yang ada disana. Kelihatannya semua yang ada disana adalah benda mahal pikir Yuya. Ruangan itu sangat luas dan megah. Karpet besar terbentang dibawah kakinya. Sungguh benar-benar rumah orang kaya. Didepan mereka terlihat dua buah tangga besar kearah kiri dan kanan yang sama menghubungkan dengan lantai 2. mereka berdua menaiki tangga sebelah kiri dan lurus menelusuri koridor menuju kamar Nick. Disana sudah ada 2 pelayan wanita yang membungkukkan diri ketika Nick lewat. Tak lama kemudian Nick membuka pintu yang ada disebelah kiri koridor, Nick masuk diikiuti oleh Yuya. Mata Yuya terbelalak melihat kamar Nick yang luar biasa luasnya. “bisa dijadikan lapangan futsal nih !”, kata Yuya iseng.
Di kamar Nick bisa dibilang semuanya ada. Tempat tidur yang sangat besar, karpet berwarna biru besar di lantai, lemari pakaian mewah, TV LCD yang tergantung di piston baja yang keluar dari atas kamar, dan komputer besar dengan 10 layar LCD disekelilingnya. Yuya terbelalak melihat semua itu ada di kamar Nick. Nick meletakkan tasnya diatas meja disamping pintu dan berjalan menuju komputer miliknya. Dia duduk di kursi putar menghadap momputer sedangkan Yuya cuma berdiri dibelakangnya. Nick menyalakan komputer dan terlihat di layar depan muncul sebuah kolom untuk memasukkan kode sandi aktivasi komputer. Nick memasukkan kata sandi hanya dalam waktu sekejap saja. Yuya melongo saja melihat cepatnya tangan Nick menekan keyboard.
“banyak amat kode sandinya ?”, tanya Yuya.
“27 digit, lebih banyak lebih aman. Di komputer ini banyak file yang sangat penting dan rahasia milik keluarga Orlass, tak ada satupun selain keluarga Orlanss yang pernah melihat isinya kecuali kau. Sebenarnya aku mau memasukkan 100 digit tapi terlalu banyak memakan waktu”, jelas Nick.
Yuya mengkerutkan dahinya, “27 digit juga memakan waktu kan ?”. Nick terus membuka file-file yang ingin dibukanya.
“tidak juga, rekor milikku 1,23 detik”, bals Nick sambil terus membuka file. Yuya cuma diam saja, “satu detik 27 digit ? jari macam apa tuh ?”, pikirnya.
“ini dia”, kata Nick setelah menemukan file yang dia cari. Yuya mendekat untuk melihat lebih jelas. “mau duduk ?”, tanya Nick.
“aku berdiri saja”, menolak.
Yuya menatap kearah monitor yang ada di tengah. Terbaca dari layar tulisan “PROX” dengan huruf yang terbilang besar. Terlihat juga berbagai macam tulisan kuno yang tak bisa dimengerti oleh Yuya. “bisa kau jelaskan maksudnya ini ?”, tanya Yuya.
“ini adalah artikel tentang Prox berdasarkan sumber dari keluarga Orlass. Tiap generasi menyampaikan sejarah perihal Prox kepada generasi sebelumnya. Hanya Orlanss saja yang memiliki ini. Kakekku yang memulai pembuatan artikel ini, berdasarkan sejarah yang diceritakan oleh orang tua kakek digabung dengan penelitiannya sendiri. Setelah kakekku wafat, ayahku melanjutkan penelitiannya dan sekarang seluruh anggota keluarga Orlass masih melanjutkan penelitian tantang Prox”.
“kalau begitu ceritakan padaku bagaimana Prox ini bisa ada ?”, tanya Yuya dengan semangat.
Nick menggerakkan mouse dan mengklik sebuah file dan terbuka isi didalamnya. Sambil menunjukkan artikel itu, Nick memberikan penjelasan. “berpuluh-puluh abad yang lalu ada sebuah kerajaan besar bernama Trifelo dengan rajanya Lord Pixmaqual. Pixmaqual memiliki ambisi untuk menaklukkan seluruh kerajaan yang ada di dunia dan berada dibawah kekuasaannya. Dia membangun kerajaannya dan membuat pasukan yang sangat tangguh. Dia juga memiliki barisan penyihir yang kemampuannya luar biasa. Satu per satu kerajaan yang menentangnya takluk ditangan Lord Pixmaqual. Rakyak dari kerajaan yang menjadi taklukannya dijadikan pekerja untuk mengembil sumber daya yang ada di wilayah kerajaan yang dia taklukkan dan sepenuhnya hasil dari itu untuk dirinya sendiri. Penderitaan menyelimuti bumi. Banyak korban berjatuhan. Beberapa kerajaan beraliansi untuk mengalahkan Pixmaqual namun tak ada yang sanggup mengalahkan pasukan Pixmaqual yang sangat kuat. Sampai hanya tertinggal satu kerajaan yang tersisa, kerajaan kecil yang bernama Roulandia dengan raja adil bernama King Roufust”. Nick berhenti bercerita. Yuya yang tadi sudah konsentrasi penuh mendengarkan menjadi ngambek sendiri setelah Nick berhenti bercerita.
“hey,,,koq berhenti ? lanjutkan lagi ceritanya !”, perintah Yuya.
“memangnya aku tukang cerita dongeng anak-anak ?”, balas Nick dengan sinis.
“iya-iya...trus bagaimana kerajaan Roulandia selanjutnya ?”
Nick menghela napas. “di Rolandia, rakyatnya menjadi ketakutan setelah tahu bahwa cuma Roulandia yang belum ditaklukkan Pixmaqual. King Roufust tidak mungkin menyerahkan kerajaannya, namun jika dia melawan, pasukannya juga cuma hanya akan menjadi bulan-bulanan pasukan Pixmaqual. King Roufust terkenal dengan kekuatan magis yang luar biasa. Untuk melindungi rakyatnya, dia menciptakan Prox dari energi alam. Prox-Prox itu kemudian diberikan kepada para prajurit terbaik Roulandia dan terbentuklah pasukan Prox Roulandia yang jumlahnya masih belum diketahui”.
“belum diketahui ? kenapa ?”, tanya Yuya penasaran.
“kami sudah menyelidikinya dari berbagai artifak dari keluarga Orlanss namun tak ada satupun yang menyebutkan jumlahnya, namun kami memperkirakan jumlah pasukan Prox tidak mencapai seratus orang”, jelas Nick.
“kurang dari 100 orang ?, yang benar aja ?”, Yuya kaget.
“setiap prajurit Prox memiliki kekuatan istimewa yang berbeda satu sama lain, seperti halnya aku dan kau”, tukas Nick. “ksatria Prox dibaur dengan pasukan Roulandia dan dipimpin oleh panglima perang Roulandia yang sangat loyal kepada kerajaan, namanya tak diketahui dan juga Prox apa yang diberikan kepadanya. Dia adalah yang terbaik diantara semua ksatria Prox. Pixmaqual mendengar tentang Roulandia yang belum ditaklukkannya. dia mengirim pasukan dalam jumlah kecil karena Roulandia cuma kerajaan kecil yang dikiranya mudah untuk ditaklukkan, namun ternyata dia mendapatkan kabar bahwa pasukannya dimusnahkan oleh pasukan Roulandia, tak ada yang tersisa. Setelah beberapa kali Pixmaqual melakukan penyerangan dan selalu gagal, akhirnya dia mengirim hampir seluruh pasukannya yang dia pimpin sendiri untuk menyerang Roulandia. King Roufust mengirim pasukannya untuk mempertahankan Roulandia. Dalam peperangan itu, pasukan Roulandia kalah jumlah. Ada kemungkinan satu banding seribu. Pasukan Roulandia tak berdaya, semua prajurit gugur dalam perang dan yang tersisa cuma para ksatria Prox. Namun pasukan Pixmaqual juga tak berdaya melawan para ksatria Prox. Kemampuan ksatria Prox yang istimewa meleburkan pasukan Pixmaqual. Pixmaqual yang didukung para Witch bertempur dengan pimpinan pasukan Prox. Pertempuran terbesar dalam sejarah Roulandia. Pixmaqual akhirnya dikalahkan oleh pimpinan pasukan Prox, namun disaat terakhir, Pixmaqual menyuruh para Witch untuk mengutuknya agar suatu saat nanti dia bisa bangkit lagi dan membalas dendam. Jasad Pixmaqual tak ditemukan. Dia lenyap ditelan bumi. Dunia kembali aman dengan kekalahan Pixmaqual”.
“oh...jadi begitu ceritanya ? serasa mendengarkan dongeng saja”, sahut Yuya mulai rileks.
“ceritanya tak berakhir disitu”, lanjut Nick
“eh...???”
“Pixmaqual telah dikalahkan namun timbul masalah baru. Merasa memiliki kekuatan yang hebat, sebagian besar ksatria Prox berbalik berhianat kepada King Roufust. Mereka menginginkan kekuasaan King Roufust yang sekarang telah menjadi pemimpin dunia. Ksatria Prox yang masih loyal terhadap King Roufust bertempur melawan para penghianat. Bertahun-tahun terjadi peperangan melawan para penghianat. Namun karena jumlah ksatria Prox yang masih loyal lebih sedikit, para penghianat tak bisa ditumpas. Rakyat Roulandia kembali dilanda ketakutan. Dengan seluruh kekuatan magisnya yang tersisa, King Roufust kemudian menciptakan sebuah Prox lagi untuk menyegel semua Prox agar penderitaan rakyatnya berakhir. Dia memberikan Prox itu kepada putri semata wayangnya bernama putri Nexila, putri cantik yang menjadi ikon Roulandia. Karena membuat Prox terakhir memerlukan energi magis yang besar, akhirnya King Roufust sekarat dan meminta panglima tertinggi kepercayaannya untuk melindungi sang putri. King Roufust pun meninggal dunia dan kerajaan diambil alih oleh putri Nexila. Mendengar berita ini, para penghianat melakukan penyerangan ke Roulandia. Peperangan besar di Roulandia terjadi. Para kesatria Prox yang tersisa bertarung sampai titik darah penghabisan untuk melindungi sang putri. Karena kalah jumlah dan kekuatan, satu persatu ksatria Prox pelindung putri Nexila gugur sampai yang tersisa hanyalah pimpinan pasukan Prox. Pemimpin Prox adalah ksatria yang paling tangguh yang sangat sulit dikalahkan oleh para penghianat. Sendirian dia melindungi putri dari incaran para penghianat bekas prajuritnya, namun setelah pertarungan yang panjang akhirnya panglima gugur tepat dihadapan sang putri”. Nick terdiam ketika melihat raut wajah Yuya yang sudah tegang.
“kenapa berhenti ?”, sahut Yuya kecewa.
Nick tersenyum saja. Dia melanjutkan, “sambil memegangi panglima yang sudah mati demi dirinya, Putri Nexian menggunakan kekuatan miliknya untuk menyegel semua Prox. ‘semua Prox yang ayahku ciptakan aku segel sampai kekuatannya dibutuhkan lagi oleh dunia’, kata putri Nexila seraya menyegel semua Prox. Semua ksatria Prox, yang telah mati maupun yang masih hidup semuanya berubah menjadi bentuk Prox semula, begitu juga jasad panglima. Prox milik panglima dibawa oleh putri Nexila ke lapangan yang ada di depan istana yang telah hancur porak poranda akibat pertarungan besar. Putri memerintahkan sejumlah abdi kerajaan yang setia padanya sejumlah dengan jumlah semua Prox. Putri memerintahkan masing-masing diantaranya menyimpan satu Prox dan pergi sejauh mungkin serta untuk menjaga Prox itu agar tak ada satupun yang bisa mengambilnya. Dan salah satu dari abdi setia kerajaan adalah Orlanss, moyangku”.
“makanya keluargamu menyimpan Prox petir, nah...kalau yang lain siapa ?”, tanya Yuya iseng.
“seandainya kami tahu, kami pasti sudah mencarinya.”, tukas Nick. “merasa energi kehidupannya sudah mulai habis akibat menggunakannya untuk menyegel semua Prox, putri Nexila memerintahkan pelayan yang paling dekat dengannya untuk menjaga Prox miliknya dan milik panglima Roulandia. Setelah semuanya telah mengambil Prox masing-masing, putri Nexila meninggal dan jasadnya berubah menjadi Prox. Proxnya diambil oleh pelayan terdekat putri. Roulandia hancur, dan semua yang diperintahkan putri pergi menyebar keseluruh penjuru dunia dan sampai sekarang keberadaan Prox yang lain tak pernah terdengar lagi”, kata Nick mengakhiri ceritanya.
“semua Prox disegel sampai kekuatannya dibutuhkan kembali ?”, Yuya bergumam sendiri.
“itulah sebabnya aku ingin mengumpulkan kembali semua Prox. Pasti ada sesuatu yang akan terjadi”, Nick melanjutkan. Yuya menelan ludahnya. “Yuya, ceritakan bagaimana kau mendapatkan Prox itu ?”, Nick bertanya.
“baiklah...dengarkan baik-baik”, Yuya memulai bercerita. “waktu itu aku sedang berjalan di sebuah gang kecil yang merupakan jalan pintas menuju rumahku. Disanalah aku bertemu dengan pria itu. Kondisinya sangat memprihatinkan, dia terluka parah. Aku ingin membawanya kerumah sakit namun dia menolak. Dia menyerahkan Prox itu kepadaku dan menyuruhku untuk menemukan orang yang dapat membukanya. Namun setelah itu jasadnya menghilang seperti debu. Sontak aku lari kerumah. Ketika dirumah, aku memperhatikan benda itu karena mengeluarkan cahaya dan mendadak terbuka. Dan akhirnya jadi seperti inilah aku”, jelas Yuya panjang lebar.
“kejadiannya bisa dibilang mirip denganku”, sahut Nick. Yuya cuma terdiam. Nick mengarahkan pandangannya kembali ke layar komputer. Yuya masih dikerumuni oleh rasa penasaran yang ada di benaknya. Dia masih bingung apa dia akan menceritakan semuanya kepada Nick atau dia diam saja menyembunyikannya.
“Nick...”, Yuya memanggil pelan. Nick memalingkan wajahnya ke arah Yuya dengan sedikit heran. Yuya menatap mata Nick dalam. Nick tambah heran dengan sikap Yuya.
“ada apa ?”, tanya Nick.
“sebenarnya ada Prox lain selain Prox angin yang aku dapatkan”
Nick kaget. Matanya menunjukkan bahwa dia sudah konsentrasi mendengarkan dan rasa ingin tahu yang sangat dalam. “Prox lain ? kau maksud ada Prox lain selain Prox yang sekarang ada dalam tubuhmu itu ?”, Nick bertanya dengan nada yang terlihat penasaran.
“ya”, sahut Yuya sambil mengeluarkan Prox berwarna putih. Nick menatap Prox putih itu dengan tajam. “Prox ini selalu aku bawa kemana-mana karena itu adalah permintaan terakhir dari pria itu”, lanjut Yuya.
“apa kata-kata terakhir yang kau dengar darinya ?”
“dia bilang tolong temukan orang yang dapat membuka kedua Prox ini. Prox ini bukan dibuka tapi akan terbuka dengan sendirinya bila dia bertemu dengan orangnya, terlebih lagi yang berwarna putih, itu adalah kunci dari semuanya”, Yuya menjelaskan dengan detil.
“kunci dari semuanya ?!!”, Nick tercengang. Dia mendadak membalikkan tubuhnya kearah komputer dan dengan kecepatan jari yang luar biasa, dia mencari sesuatu dari komputernya. Yuya tertegun melihatnya. Berbarengan dengan tangan Nick berhenti Nick berucap, “kemungkinan besar itu adalah Prox milik putri Nexila”.
Yuya kaget, “benarkah ?”.
“jika benar Prox itu adalah punya putri Nexila, pria itu pasti keturunan abdi kerajaan yang menjaga putri Nexila. Ada kemungkinan mereka sudah menggunakan kekuatan magis mereka agar jika penjaga Prox mati, jasadnya akan hilang. Dan jika semua itu benar, kemungkinan besar Prox milikmu adalah milik panglima tertinggi pemimpin pasukan Prox Roulandia, Yuya”, kata Nick tajam menyorot Yuya. Yuya terdiam tanpa berkata sedikitpun. Yuya teringat sesuatu.
“masih ada lagi...”, lanjut Yuya.
“masih ada lagi ?”, sahut Nick kembali serius.
“pria itu juga bilang hanya tinggal 2 prox ini yang tersisa, jagalah baik-baik”, Yuya melanjutkan.
Nick shock. “kau yakin dengan apa yang kau dengar ?”, tanya Nick kencang. Yuya kaget. Dia tak pernah melihat ekspresi Nick yang sampai seperti itu. “ya..aku yakin dengan apa yang aku dengar”.
“kalau begitu nyawa kita terancam”, tukas Nick.
“terancam ???”, Yuya terkejut. “apa maksudmu ?”.
“jika benar hanya tersisa 2 Prox itu, maka ada orang lain yang juga mengincar Prox, sedangkan kitalah pemilik Prox yang tersisa. Sekarang digabung dengan milikku maka Prox yang tersisa ada 3”, kita dalam bahaya besar”, Nick menjelaskan sambil berpikir keras.
“Prox milikku menghilang ketika kejadian malam itu, dan kau bilang kejadian yang kau alami juga mirip denganku, dengan kata lain hanya tinggal 1 Prox yang tersisa kan ?”, Yuya menjelaskan sok tahu.
“kau salah, Prox itu tidak hilang tapi ada di dalam tubuh kita”, jelas Nick.
“di dalam tubuh kita ?”, Yuya heran.
“Prox itulah sumber kekuatan kita, karena itulah kita dapat menggunakan kekuatannya, tak ada gunanya sebuah Prox jika tak berada dalam tubuh”.
“jika benar begitukan bagus, jadinya mereka tidak menemukan Prox kita”, sahut Yuya mulai tenang.
“justru karena itu nyawa kita semakin terancam”, balas Nick tajam.
“eh...kenapa ?”, sahut Yuya.
“Prox dalam tubuh kita menyatu dengan jantung milik kita. Jika musuh ingin mengambil Prox milik kita, artinya mereka harus membunuh kita dan mengeluarkan jantung kita”, Nick menjelaskan.
Yuya gemetar. Dia tak bisa membayangkan bahwa jantungnya akan diincar untuk dicabut dari dadanya. Dia mulai ketakutan.
“tapi kita masih bisa selamat”, Nick melanjutkan. Yuya yang sudah mulai kehilangan konsentrasinya menatap kearah Nick. “jika kita bekerja sama dan saling melindungi kita masih punya harapan. Musuh pasti sedang mengicar kita. Kita tidak tahu dengan pasti musuh seperti apa yang kita hadapi, jadi waspadalah...”.
Yuya tertegun. Nick melanjutkan, “Yuya, jangan pernah sekalipun menggunakan kekuatan Prox apapun yang terjadi kecuali dalam keadaan yang sangat genting. Kita harus meminimalisir bahaya yang mengencam diri kita. Terlebih lagi kau memiliki Prox putri Nexila, Prox itu pasti sangat diinginkan oleh musuh, sebaiknya disimpan dirumahku saja. Sistem keamanan yang mutakhir didukung persenjataan canggih yang tak memungkinkan pencuri dapat mengambilnya”.
Yuya menatap kearah Prox putih yang ada ditangannya. “tidak...aku sudah janji pada pria itu untuk menjaganya sendiri dengan nyawaku, aku tak akan membiarkannya lepas dariku”, sahut Yuya dengan mantap. Nick yang tadi serius, wajahnya mulai agak tenang dan tersenyum kecil. Nick berdiri dari kursinya dan menghampiri Yuya. Dia menepukkan tangan kanannya kebahu Yuya. “aku percaya padamu”, kata Nick mantap. Yuya tersenyum.
“ingat ! jangan sekalipun menggunakan kekuatan anginmu dalam kondisi apapun kecuali dalam kondisi terdesak, karena jika salah satu dari kita diketahui oleh musuh, maka yang lain ada kemungkinan juga dalam bahaya, karena itu kita harus kompak”, kata Nick.
“aku mengerti”, tukas Yuya. Yuya menatap kearah jam dinding besar yang ada di kamar Nick. Sudah hampir pukul 5.
“Nick...sudah hampir jam 5, aku harus pulang”, kata Yuya terburu-buru sambil berjalan kearah pintu keluar.
“mau ku antar dengan mobil ?”, Nick menawarkan.
“ah...tidak usah...aku biasa jalan kaki, lagipula dari rumahmu ini juga tidak begitu jauh dari tempatku bekerja”
Yuya terus berjalan. Sampai di depan pintu kamar Nick, Nick memanggil Yuya. “Yuya...”
Yuya memalingkan wajahnya kearah Nick. “mulai sekarang inilah takdir kita, kita tak bisa lari ataupun sembunyi”, kata Nick tajam menyorot mata Yuya. Yuya menatap tajam Nick.
“aku mengerti...”, sahut Yuya.
Nick kemudian menekan salah satu keypad dan berbicara. “Yusi, tolong antarkan temanku sampai keluar rumah”. Yuya cuma diam melihat Nick berucap seperti itu. Saat Yuya berjalan keluar pintu kamar, salah seorang pelayan wanita sudah menunggunya didepan pintu.
“mari saya antar keluar”, kata Yusi.
“terima kasih...”, sahut Yuya sambil berjalan menuju pintu depan rumah Nick. Nick mengikuti mereka dari belakang, beberapa meter dibelakang Yusi. Ketika Yusi dan Yuya sudah berdiri di pintu depan, Nick yang berdiri di atas tangga penghubung lantai satu dengan lantai dua berucap, “Yuya...hati-hati..”
“thank you..”, balas Yuya sambil tersenyum dan berjalan keluar. Nick diam sejenak kemudian dia berjalan menuju kamarnya kembali. Wajahnya terlihat serius sekali. Dia sedang memikirkan sesuatu hal yang mengusik pikirannya.